Jumat, 03 Oktober 2014

Belajar Sambil Beraksi

Pagi itu suasana di SD Islam As Salam begitu riuh. Setelah anak-anak sholat dan sholat Dhuha kemudian muroja'ah klasikal. Mereka segera saja menyerbu angkot yang sudah berdiri dengan manis menanti anak.
Ya, hari ini mereka akan mengadakan kegiatan kunjungan edukasi ke Eco Green Park di Kota Batu.
Dan ini dia aksi mereka...
                              SELAMAT DATANG di ECO GREEN PARK BATU

Yeaaaah para bu guru sedang rehat sedikit eksis dulu ya..hehe...sambil tetap ngawasi anak-anak yang belajar melempar dan menangkap bola empuk di sebelahnya sebagian anak2 sedang asyik pengolahan sampah pake buldozer...


Nah, ini dia.....
                                                        AKSI KELAS 1A

Edisi gajah yang dibuat dari berbagai tivi bekas. Hmm kira-kira berapa tivi yang dipakai ya...? terus gimana cara menempelkannya ya....

Ayo, bentuk apa tivi itu..? ada yang tahu???


Nah, sekarang kita belajar tentang sampah... Ada yang tahu, sampah ada berapa???
Kalo botol bekas minuman kalian termasuk sampah apa ya????
Hmmm anak-anak sholih sholihah sedang mendengarkan pemaparan kakak tim sampah.


Yeeiii...rehat dulu ya...dari tadi sudah muter-muter... Coba apa saja hal baru apa yang kamu lihat tadi....??


Berhenti sejenak dan berteduh....


Senin, 26 Mei 2014

Hati-hati Memilih Sekolah

“Sejak awal masuk saya nggak merasa curiga apa2, eh baru nyadar
setelah setahun ngajar disana dan itupun karena dengar kabar berita tentang lembaga ini yang sangat gencar dari orang luar. Saya jarang melihat mereka melakukan tradisi yang aneh.
Tapi belakangan saya tahu kalo ada kegiatan semacam memperingati Kar**** mereka lakukan di luar sekolah saya, tapi di kampus terkenal kota ini yang memiliki organisasi sosial keagamaan yang besar di Indonesia.
Wow…kok bisa?
Entahlah, sepertinya juga karena gerakan mereka luwes, tak ada konflik, sangat santuun dan pinter banget dalam melobi. Ini pun bisa jadi yang membuat pendanaan mereka semakin kuat. Makanya tidak heran kalau pengembangan pembangunan gedung sekolah saya semakin luas.
Disekolah saya ada dua guru agama, yang satu guru agama (Islam) dan yang satu guru “agama”(x) ini.
Masing-masing guru memberikan pembelajaran kepada anak-anak yang sesuai dengan “agama”nya.
Eh, bener-bener saya baru ngeh kalo wudhu, sholat, puasa dan ibadah mereka sangat berbeda dengan yang kita yakini (tidak sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah).
Ada seorang guru agama yang saya tanya, apa nggak kepingin resign dari lembaga ini? Dengan mantap ia menjawab,
“Saya akan mendampingi anak-anak agar tidak sampe terjerumus jadi pengikut mereka…ini memang berrrat, tapi kalau bukan kita siapa lagi, apa jadinya anak-anak generasi penerus kita kalau ikut mereka, mereka mencela keluarga dan sahabat Nabi dan doktrin macam-macam yang menyimpang dari Al Qur’an dan Hadits…”.
Terkadang, murid-murid disana saling tengkar bahkan sampe berkelahi lho bu...karena perbedaan pendapat satu sama lain mempertahankan argumennya.
Namun hal itu tidak pernah terjadi antar guru, guru-guru yang dari x sangat menjaga agar ke x an mereka tertutupi sehingga tidak kelihatan menyeramkan seperti yang tersebar diberita-berita media masa atau internet, namun gerakan mereka sangat halus tapi sangat ganas dalam mengobrak abrik aqidah kita”…..
Termangu saya mendengar sharing teman saya ini.
Hhhhhmm..rasanya kok miris mendengarnya, jadi kepikiran bagaimana beratnya guru agama Islam disana dalam membentengi anak-anak didiknya. Semoga ia kuat dan dimudahkanNya urusannya dalam menjaga generasi muda penerus Islam.
Jalan dakwah semakin banyak tantangannya. Masihkah kita tak mau tahu dan cuek dengan apa yang ada disekitar kita. Semoga tidak. Kita semua adalah pendidik dan pendakwah baik itu untuk dirisendiri, keluarga, anak-anak kita maupun anak-anak saudara-saudara sesama muslim. Kalau bukan kita yang membentengi mereka, lalu siapa lagi….?

Minggu, 04 Mei 2014

Perilaku Buruk Kepiting dan Katak

Prof. I.Nyoman Sutantra pada acara seminar di Universitas Mereka Malang, hari Rabu, tanggal 30 April 2014 yang lalu menggambarkian perilaku kepiting.  Dikisahkan ada seorang pemancing yang kebetulan mendapatkan seekor kepiting. Maka segera kepiting itu dimasukkan ke dalam kepis, kemudian tempat ikan itu  ditutupnya rapat-rapat .
Namun anehnya, ketika mendapatkan kepiting berikutnya,  sekalipun juga segera dimasukkan ke dalam kepis sebagaimana  kepiting yang ditangkap sebelumnya, tempat ikan itu justru tidak ditutup, tetapi dibiarkan begitu saja. Hal demikian itu mengundang pertanyaan dari orang yang sedang melihatnya. Mengapa kepisnya tidak ditutup setelah memasukkan kepiting yang ke dua, tidak sebagaimana ketika ia memperoleh dan memasukkan kepiting yang pertama.

Sabtu, 05 April 2014

Single Parent

Empat tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi, sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istriku sekarang di alam surgawi, baik-baik sajakah?
Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan seorang suami yang tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil.
Begitulah yang kurasakan, karena selama ini aku merasa bahwa aku telah gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anakku, dan gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anakku.
Pada suatu hari, ada urusan penting di tempat
kerja, aku harus segera berangkat ke kantor, anakku masih tertidur.
Ohhh aku harus menyediakan makan untuknya.