Selasa, 02 Oktober 2012

Ta'lim Pagi

Dua minggu yang lalu..
Pagi yang basah.
Jalanan saat shubuh itu terasa dingin masih ada bekas hujan semalam. Angin bertiup lembut. Sayup-sayup masih terdengar suara dzikir pagi di masjid.
Aku kembali melaju menembus keremangan cahaya lampu. Seusai menemani ibu-ibu mengaji di kompleks perumahan, ada seorang ibu yang bercerita tentang sakitnya yang tidak jelas, rasa nyeri di pinggangnya bagaikan diiris-iris sembilu. Ia sudah cek up lengkap hingga rontgen. Kemudian..sayapun sayapun larut dengan ceritanya.. 

Diakhir pembicaraan, saya mencoba memberi alternative, salah satunya dengan ru’yah syar’iyyah.


Seminggu yang lalu..

Senin, 20 Agustus 2012

Rebonding

Fun Story #
Ada dialog antara seorang ayah dan anaknya di desa terpencil di pulau Ende Nusa Tenggara Timur.
Waktu anaknya pulang kuliah dari Malang, rambutnya kebetulan ia rebonding.Saat sampai dirumah, babanya kaget sambil bertanya,
“Ine, kenapa rambutmu berubah?”.
Anaknya menjawab, “Baba, ni di rebonding namanya...”
Babanya tanya lagi, “Ine, apa itu rebonding?”
“Meluruskan” jawab anaknya.
Begitu tiba waktu sholat Maghrib, babanya yang menjadi imam di masjid seraya berkata :
“Rebondingkan shoff…….” semua ma’mum tertawa mendengarnya…hehe...^_^

Rabu, 01 Agustus 2012

Perjalanan Pagi

Cerita Dini Hari #
Etet etet..etet…suara motor bututku memecah subuh yang  hening. 
Sepi, karena memang orang-orang yang dari masjid baru turun yang hanya segelintir saja, yah hanya 3-4 orang saja kulihat, sedangkan yg tidak di masjid mungkin masih nyenyak menikmati lelap mimpi dibawah selimut tebal. 
Dingin...

Selasa, 14 Februari 2012

Piket Ahad Yang Menakutkan

Ini cerita mengenang waktu di pesantren. Dulu masih sangat lugu, polos dan  tanpa beban mengarungi hidup. Yah, setidaknya masa di penjara suci inilah saya belajar banyak hal.
Suatu hari, saat saya masih duduk dikelas 2 Aliyah, waktu itu baru beberapa hari saya dilantik jadi pengurus. Banyak tugas yang harus di emban sebagai pendamping para santri.
Kebetulan saya ada di bagian keamanan, mensensor surat-surat yang masuk untuk para santri.
Wah, jadi nyaris tiap hari saya membaca surat, kadang tertawa sendiri saat ada surat yang isinya rayuan gombal dari para fans nya santri...dan otomatis..langsung masuk ke tong sampah dan siap bakar.
Selain tugas utama di bagian surat, setiap hari ahad para pengurus bertugas bergantian jaga dirumah pengasuh (kami menyebutnya ndalemnya Abah).
Untuk menerima tamu yang berkunjung ke pondok putri, baik tamu dari orangtua yang menjenguk santri atau santri putra yang ada keperluan dengan santri putri (saudaranya).
Pagi itu cukup cerah, seperti biasa jika ada tamu yang hendak menemui santri, kami hanya memanggil santri putri lewat sekotak suara yang disambungkan ke kantor pondok, kemudian di siarkan lewat mikrofon di kantor pondok.
Pengurus yang menjaga dirolling pagi, siang dan sore. Tiap waktu ada dua orang yang bertugas disitu.
Saat itu saya kebetulan berjaga sendiri karena pengurus lain ada keperluan ke kantor pondok yang katanya sebentar.  Suasana agak lengang karena sudah banyak tamu yang pulang.
Sejenak saya duduk-duduk dikursi ruang tamu itu sambil membaca (hemm tahu ga sih, saya baru bisa duduk kalo tidak ada tamu, biasanya muter kayak setrikaan hehe…karena kadang perlu bolak balik, selain manggil santri juga membantu bu nyai jika ada tamu yang cukup banyak).
Tak berapa lama, saat sedang asyik membaca buku, ada dua orang santri putra yang masuk. Agak kaget aku dibuatnya karena mereka langsung duduk. Dan tanpa ba bi bu langsung memberondong banyak pertanyaan,
“Mbak, gimana persiapan untuk acara Muharam besok? Apa sudah siap backgroundnya? Trus susunan acaranya apa saja? Ada selingannya ga di sela-sela acara? dan bla bla bla...” tanya salah satu dari mereka memulai dengan tiba-tiba dan tanpa basa basi.
Dalam hati saya hanya bergejolak,
"Eeeeh, siapa pula mereka dan ini apaan sih, lha kok nanya kayak sepur, ga berkesudahan...mana saya sendirian lagi..duh ukhtiii...ayo cepetan kesiniiii....."
Senyuman yang sejak tadi tersungging dibibir tiba-tiba hilang.
Kecut. Saya diam mematung, menelan ludah. Entah apa yang saya fikirkan dan rasakan.
Tiba-tiba tubuh saya mendadak panas dingin dan bergetar.
Pipi merah padam merona. Saya bingung tak tahu harus menjawab apa. (hah memalukan ya..:/ )
Tiba-tiba, angan saya melayang kerumah, teringat pada sosok ayah yang disiplin militer tingkat panglima.
Jadi ingat pesannya,
“Mondok, sekolah, ngaji sing bener ga pake kenal-kenalan orang asing, yang ga penting abaikan!!”.
Ya, sejak MTs saya bersekolah yang semuanya anak putri saja sedang sekolah anak putranya dipisah oleh masjid besar. Jadi saya jarang memiliki teman putra. Inipun menjadikan saya sangat jarang berkomunikasi dengan mereka.
Terasa aneh dan asing bagi saya saat ada orang laki-laki menyapa dan bicara pada saya secara langsung. Kemudian perasaan takut itu menghampiri.
“Mbak kenapa? melihat saya kok seperti melihat hantu???” tanya seorang diantara mereka.
Huh, wajahku semakin pucat pasi.
Dingin. Tak bergerak. Seperti ditarik bumi, lengket.
“Eh..ee…aa ..eee..sse..se..sebentar ya, saya panggilkan mbak-mbak yang mengurusi acara itu..” kata saya gugup.
Lalu, segera saja aku berlalu dari hadapan mereka.
Huwaaa, begitu saya balik kanan sudah muncul pengurus lain yang menggantikan.
Ah..syukurlah.
Lega rasanya…
Baru beberapa langkah hendak meninggalkan ndalem, ada deheman yang mengagetkan saya.
"Ehemm..ada apa Rully...." suara sosok itu.
Hah, mukaku semakin pucat tambah ga karu-karuan. "Eh, nggak apa-apa Bah..."
Ohoo...ternyata Abah memperhatikan saya sejak tadi...haduh bikin malu aja!
Dan senyumnya itu, membuat saya cukup tenang sesudahnya meskipun sedikit grogi.
Langsung saja saya ambil air wudhu dan mencari tempat favorit saya di sudut rumahNya.
Subhanallah....ini pengalaman pertama saya ketemu langsung dengan santri putra dan hanya sedikit bicara, ya bener-bener bikin saya dag dig dug...ditambah ketemu Abah, semakin saya nggak bisa ngomong apa-apa.
Padahal jika ada tamu bapak-bapak dan ibu-ibu, saya bisa luwes memberi penjelasan tentang pesantren.
Eh ini sama santri kok malah kayak gitu ck ck ck...heran deh...
*tepok jidat dan ingin ketawa kalo ingat peristiwa ini...^_^

Beberapa bulan sesudahnya baru saya tahu kalau yang datang di ndalem itu pengurus pondok putra Al Husain dan salah satu ketua Organisasi Daerah dan sekarang sudah menikah dengan teman saya di Aliyah. Ahai, andai dia inget peristiwa itu...
bisa jadi dia akan menertawakanku..hahaha….ini nih hantunya mbak, sekarang sudah jadi pengusaha...:p