Minggu, 22 September 2013

Persaudaraan dalam Islam

Cerita Untuk Sahabat # Edisi menjelajah di belahan bumi lain
Suatu waktu di saat aku berjalan-jalan bersama anakku Zizi, aku melihat sekelompok muslimah di Amerika Serikat menutup sekujur tubuhnya dengan jubah hitam. 

Setiap sore di tempat yang sama kulihat sekelompok ibu berkumpul membentuk lingkaran di taman family housing, Universitas Colorado, Amerika Serikat. 
Semua berbusana tertutup dan serba hitam. Sebagian dari mereka malah mengenakan cadar. Aku yang melewati kelompok itu ketika aku akan membeli sesuatu, aku hanya dapat mengira-ngira, apa yang menjadi topik perbincangan mereka? 



Sepertinya seru dan hangat, karena aku dapat mendengar sayup-sayup senda gurau dan tawa tertahan dari mereka. 
Sungguh, aku menjadi penasaran, seperti apa wajah-wajah di balik cadar serba hitam itu? Sejauh ini aku hanya bisa membayangkannya saja. 
Rasa penasaranku sepertinya tak akan pernah terjawab. Sebab, aku tampaknya tak berani bergabung dengan mereka. 
Namun, siapa sangka suatu hari aku berkenalan dengan Jamilah, wanita asal Brazil yang menikah dengan seorang pria Timur Tengah.

Dari persahabatan lintas budaya inilah aku menemukan jalan untuk mengenal kelompok ibu yang membangkitkan rasa penasaran itu. 

Jamilah, seperti halnya kebanyakan wanita Brazil, memiliki rupa yang cantik. Setidaknya itulah penilaianku kepadanya. Bentuk wajahnya eksotis khas Amerika Latin. 
Katanya, sebelum menikah dengan Ibrahim, penampilannya sangat modis di depan umum. Dia biasa mengenakan pakaian setengah terbuka ala Barat. 
Ketika hatinya direbut oleh pria Timur Tengah itu, semua menjadi berubah. Dengan senang hati dia meninggalkan semua itu, menggantinya dengan busana berjubah serba tertutup, layaknya seorang wanita Timur Tengah, lengkap dengan gamis dan cadar hitam. 
Wajah cantiknya terbenam seketika. Kami berdua sering bertemu. Kadang hanya minum teh bersama, atau sekadar berbagi resep kue dan roti atau masakan khas kami..(*ntar dikenalin gimana buat rawon yang maknyooooss…..).

Pertemuan-pertemuan tersebut selalu mengasyikkan, karena penuh dengan cerita-cerita baru tentang orang-orang dengan latar belakang budaya yang sangat berbeda. Aku sempat melihat-lihat foto Jamilah ketika masih gadis di Brazil. 

Betapa kagum aku menyaksikan ia yang kini telah bermetamorfosis. Dia mampu berubah menjadi istri-Muslimah yang baik dan patuh pada suami. Dia telah mulai lancar berbahasa Arab dan sudah piawai menyiapkan hidangan khas Timur Tengah. 
Suatu hari aku memberanikan diri bertanya pada Jamilah mengenai sekelompok ibu berjubah hitam yang berbaju persis sama dengan dirinya. 
Jamilah langsung menanggapinya dengan mengundangku untuk menghadiri pertemuan dengan ibu-ibu itu, yang ternyata sudah terjadwal dengan rapi. Aku menanti saat itu dengan penuh semangat. Kukenakan gamis batikku yang paling cantik dan anggun….(*promosi rek, hehe…) dan berjalan bersama Jamilah yang berjubah hitam, lengkap dengan cadarnya. 
Karena cuaca yang kurang menguntungkan, kali ini pertemuan diadakan di dalam ruangan. Kami sampai di apartemen salah seorang ibu yang hari itu menjadi tuan rumah. 
Setelah mengintip dari balik pintu dan memastikan tidak ada pria di daerah sekitar situ, pintu terbuka dan kami dipersilakan masuk. Di balik pintu telah tersedia tempat menggantungkan baju-baju. Ya, baju-baju jubah itu ternyata dibuka dan digantung di tempat yang tersedia. Dan, aku terpana melihat wanita-wanita cantik berseliweran di dalam ruangan itu. Ternyata, meski di depan umum tubuhnya tertutup rapat, namun sesungguhnya di balik itu mereka tetap tampil modis. 
Mukanya yang tadinya tertutup cadar rapat, kini terlihat jelas. Mata berbinar besar, tulang pipi tinggi, hidung bangir. 
Sempurna.....

*Teruntuk sahabatku yang akan melangkah kedunia lain…eh benua lain ^_^ 

Semoga selalu sehat, dimudahkanNya dalam semua urusan, senantiasa dalam ridhoNya, tetap istiqomah dan semoga menemukan komunitas yang semakin mempertebal keimanan serta ukhuwah. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !